GLOBALISASI
DAN GLOKALISASI.
a)
Globalisasi
Secara umum globalisasi adalah
suatu perubahan sosial, dalam bentuk semakin bertambahnya keterkaitan antara
masyarakat dengan fakto-faktor yang terjadi akibat transkulturasi, dan
perkembangan teknologi modern. Globalisasi merupakan fenomena berwajah majmuk.
Seperti yang diuraikan scholte (2000), sebagaimana diungkapkan sugeng bahagito
dan darmawan triwibowo, bahwa globalisasi sering di identikkan dengan:
1. Internasionalisasi.
Adalah hubungan antar negara, meluasnya arus perdagangan dan penanaman modal
2. Liberalisasi.
Adalah pencabutan pembatasan-pembatasan pemerintah, untuk membuka ekonomi tanpa
pagar, dalam hambatan perdagangan.
3. Universalisasi.
Adalah ragan hidup, seperti makanan Mc donald, kendaraan diseluruh penjuru
dunia.
4. Westernisasi
atau amerikanisasi. Adalah ragam hidup model budaya barat atau amerika.
5. De-teritorialisasi.
Adalah perubahan-perubahan geografi sehingga ruang sosial dalam perbatasan,
tempat, dan distanse menjadi berubah.
Pada dasarnya proses globalisasi
menampakkan wajahnya dalam:
1. Keterkaitan
seluruh masyarakat
2. Perusahaan-perusahaan
trans-nasional berperan dalam ekonomi global
3. Integrasi
ekonomi internasional dalam produk global
4. Sistem
media trans-nasional yang membentuk “kampung global”
5. Turisme
global dan imperalisme media
6. Konsumerisme
dan budaya global.
Menurut B. Herry-Priyono, ada tiga lapis definisi
global
1. Globalisasi
tersebut sebagai transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan.
2. Globalisasi
sebagai transformasi lingkup cara pandang yang menyangkut pada cara memandang,
cara berfikir, cara merasa, dan cara mendekati persoalan.
3. Globalisasi
sebagai transformasi modus tindakan dan praktik.
Beberapa unsur penting yang terkait
dengan globalisasi adalah :
1. Global
space (dunia maya)
Jika radio, TV, surat kabar masih
diawasi oleh pemerintah, lain halnya dengan media internet, yang telah dimasuki
unsur-unsur kebebasan didalamnya.
2. Beberapa
kecenderungan gelombang globalisasi terhadap nasionalisme.
Ada beberapa kecenderungan dari
gelombang globalisasi:
a. Dari
kebebasan tersebut, hubumgan sosial ditentukan oleh kebebasan dan kepercayaan.
Kalau ada kebutuhan akan kekuasaan, maka kekuasaan itu akan ditentukan oleh
kesepakatan bersama.
b. Dari
kebebasan tersebut, kontrol tidak lagi tanda kekuasaan pihak yang satu dengan
yang lain, tetapi menjadi petunjuk antara dua pihak yang saling mwemperhatikan
dan mempercayai.
c. Dari
kebebasan tersebut, negara tidak lagi memonopoli semua peraturan.
d. Adanya
suatu gelombang perubahan didalam konstelasi politik global.
e. Semakin
kuatnya ketergantungan antar negara.
f. Globalisasi
menonjolkan pemain-pemain baru dalam kehidupan masyarakat.
g. Lahirnya
berbagai isu baru dalam agenda hubungan internasional.
3. Tantangan
masa depan dalam gelombang globalisasi
Beberapa yang menjadi tantangan
besar dan bersama, mengutip pendapat tilaar, yang diakibatkan dari gelombang
globalisasi adalah : program melawan kemiskinan, memperjuangkan dan
melaksanakan hak asasi manusia, menciptakan dan memelihara tatanan dunia yang
aman, perlu diwujudkannya tatanan ekonomi dan keuangan yang baru, melindungi
dan memelihara planet bumi, kerjasama regional perlu dikembangkan dalam rangka
kerjasama internasional.
Seperi yang
telah disampaikan abdul munir mulkhan. Kita perlu memahami bahwa dalam fakta
baru peradaban global terdapat sejumlah nilai dan sisitem yang dapat ditemukan
dalam tafsir kitab suci tentang idealitas sejarah dan kehidupan. Nilai-nilai
kemausiaan, keterbukaan atau kejujuran, keadilan, kesamaan derajat dan
universalitas
b)
Glokalisasi
Glokalisasi
adalah penyesuaian produk global dengan karakter lokal. Dari produk global yang
telah memasuki masyarakat lokal, maka
akan terjadi pergeseran makna atas nilai budaya.
KEPRIBADIAN
INDONESIA
Dalam
era globalisasi ini, bukan hanya perdagangan bebas saja yang utamakan dan
menjadi program kerja Negara-negara di dunia ini namun juga kebudayaan
Negara-negara kuat mengekor bahkan secara langsung bisa diterima di bumi
pertiwi ini. Lalu bagaimana dan seperti apa kepribadian Indonesia saat ini?.
Bukan
berarti kepribadian Negara luar itu jelek atau kepribadian kita yang bagus,
namun perlu kita cermati apakah cocok atau tidak kebudayaan luar itu kita
adopsi. Selama ini kita seakan telah mengikuti zaman atau trend yang up to
date, dalam berpakaian, dalam pemikiran, meningkatkan rasa gengsi,
individualism, dan lain sebagainya, yang berbau kepribadian barat.
Dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia yang memiliki adat ketimuran, rasa
toleransi, ramah, sopan santun, saling menghargai, gotong royong dan lain
sebagainya, selalu menjadi dasar dalam hidup bermasyarakat. Bedanya dengan
kepribadian orang-orang barat, disana mereka berfikir individualis,
bermasyarakat atas dasar kegunaan. Itulah pandangan mereka yang telah terbentuk
sejak dari migrasinya orang ingris ke benua amerika dan sejak zaman revolusi
industry.
Pemikiran
ini terbentuk karena proses kehidupan mereka yang selalu berfikir logis,
stuggle untuk hidup. Bagaimana tidak, ketika mereka berpindah dari tanah
inggris ke tanah amerika banyak sekali perjuangan yang telah mereka korbankan
untuk mendapat kehidupan yang layak disbanding di Negara pertamanya yaitu
inggris atau di inggris sediri, buruh-buruh banyak yang ditelantarkan, mereka
berjuang untuk hidup dan memulai untuk mementingkan diri sendiri.
Di
Indonesia itu tidak terjadi, alam yang kaya raya, subur makmur tak menjadikan
masyarakatnya susah dan menderita. Bahkan sikap saling memberi merupakan sebuah
kewajiban, namun karena sikap inilah ternyata kolonialisme, imperialisme dapat
masuk dan mengubah pandangan hidup masyarakat Indonesia. Orang portugis,
belanda, dan spanyol sangat berpengaruh pada perubaha jati diri bangsa ini, direct rule dan indirect rule yang ditanamkan bangsa barat, mengubah pemikiran
bangsa dan masyarakat Indonesia.
Kadang
kita tidak meyadari bahwa sekarang ini masyarakat Indonesia enyeimbangkan gaya
hidup serta menyadur pemikiran orang-orang barat dalam artian meniru, bukan
enjadikan refrensi. Jika kita bisa melihat esensi pemikiran masyarakat desa
yang masih alami di Indonesia ini, mungkin kita akan sadar bahwa inilah
kepribadian bangsa kita yang dulu menjadi ciri khas bangsa ini yang cantik
dengan adat ketimuran.
Kita
kembali kemasalah perubahan dalam kepribadian, perubahan kepribadian bukan hal
yang dilarang, posisi serta jati diri yang membentuk kehidupan masyarakat
bangsa Indonesia dari dulu kala menjadi indicator dalam memilah dan memilih
mana yang bisa kita pakai, intinya cocok atau tidak cocok dengan adat kita
yaitu adat ketimuran.
Jika
naluri ini digabungkan secara seimbang dengan pengetahuan, maka akan jadi wujud
kepribadian.
Menyoal
lebih dalam menuju kepribadian manusia tidak terlepas dari ilmu psikologi.
Menurut david cohen dari oxford university dalam bukunya “melesatkan otak kiri
otak kanan”, teori kepribadian merupakan
ebuah bidang psikologi yang telah terasimilasi kedalam kebudayaan yang luas
secara mendalam.
Ini
menegaskan kita bahwa kepribadian individu atau masyarakat sangat berpengaruh
dalam lahirnya sebuah kebudayaan manusia dan mendorong terbertuknya kepribadian
umum suatu bangsa. Untuk memahami jati diri bangsa ini, tak perlu seluruh
masyarakat di Negara ini sadar akan jati diri bangsa ini, mulailah dari diri
kita sediri, kenali kepribadian bangsa kita yang tercinta ini.
Pandai-pandailah
dalam memfilter kebudayaan Negara lain yang selama ini kita telan
mentah-mentah, lalu kita fikirkan, apakah pantas jika kebudayaan barat kita
pakai dan dijadikan kepribadian baru bangsa ini serta melupakan jatidiri kita
sebagai orang timur yang penuh dengan rasa sopan santun.
Ingatlah dengan adat-adat ketimuran kita yang
beraneka ragam, namun saling menghargai dan satu visi, alangkah indahnya jika
kita selalu berpegang teguh pada adat yang telah membentuk kepribadian bangsa
ini.
DAFTAR PUSTAKA
-
http:
//tonifebruari666.worprss.com/2008/05/07/kepribadian-indonesia
Diakses
pada : Pukul : 23.15 WIB, tanggal 25 Mei 2009
-
PRESMA Fak.
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pendidikan
Islam dan Tantangan Globalisasi, Buah Pikiran Seputar Filsafat, Politik,
Ekonomi, Social Dan Budaya. 2004. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media