BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Devinisi
Metode Pembelajaran
Ditinjau
dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
“methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata,yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati,dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.Maka metode
memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.Dalam bahasa
Inggris dikenal term method dan way yang terjemahkan dengan metode dan cara,dan
dalam bahasa Arab,kata metode diungkapkan
berbagai kata seperti kata al-thariqah,al-manhaj,dan
al-wasilah.al-thariqah berarti jalan,al-manhaj berarti sistem,dan al- wasilah
berarti mediator atau perantara.Dengan demikian,kata Arab yang paling dekat
dengan arti metode adalah al-thariqah.[1]
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna
mencapai apa yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara
yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan
bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai
jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik
dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan
lainnya. [2]
Metode
juga merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan olrh
guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak
akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.[3]
B.
Landasan
Metode Pembelajaran
Pembelajaran
sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari landasan dan
mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu.landasan dan asa tersebut sangat
penting, karena pembelajaran merupakan pilar utama terhadap pengembangan
manusia dan masyarakat. Ada beberapa landasan pembelajaran, yaitu sebagai
berikut[4]:
1.
Landasan Religious Islami
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
a)
Al-Qur’an
Al-Qur’an
adalah Kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok
dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al-Qur’an banyak
sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran dan metode pembelajaran. Ayat
pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama)berbicara tentang keimanan dan
pembelajaran. Yaitu yang artinya:
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan [1] Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah [2] Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling sempurna
[3] yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam [4] dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya [5] ”
Lima
ayat tersebut merupakan ayat pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad, yang
diantaranya berbicara tentang perintah kepada semua manusia untuk selalu
menelaah, membaca, belajar dan observasi ilmiah tentang penciptaan manusia
sendiri.
b)
Sunnah
Ada
sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
Dari
Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari Ibn Mas’ud
yang mengatakan: “bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika member
nasihat-nasihat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir kita menjadi bosan.” (HR. Bukhari)
Maksudnya,
dalam member nasihat-nasihat kepada para sahabatnya, Rasulullah sangat berhati-hati
dan memperhatikan situasi dan keadaan para sahabat. Nasehat itu diberikan pada
waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar tidak membosankan.
Hadis
tersebut berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu
harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.
c)
Sunnah
Ada
sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Bukhari yang artinya:
Dari
Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari A’masy, dari Abi Wa’il, dari Ibn Mas’ud
yang mengatakan: “bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika member
nasihat-nasihat kepada kita dalam beberapa hari karena kuatir kita menjadi bosan.” (HR. Bukhari)
Maksudnya,
dalam member nasihat-nasihat kepada para sahabatnya, Rasulullah sangat
berhati-hati dan memperhatikan situasi dan keadaan para sahabat. Nasehat itu
diberikan pada waktu-waktu tertentu saja, tidak dilakukan setiap hari agar
tidak membosankan.
Hadis
tersebut berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran itu
harus menggunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
terutama dengan mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.
Filsafat
dalam pembelajaran berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan pokok sekitar pembelajaran,seperti apa, mengapa, ke mana, bagaimana
dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal tersebut sangat
perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan
dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil pembelajaran tidak
segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan.
2.
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pembelajaran, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pembelajaran itu, mengapa pembelajaran itu diperlukan, apa yang seharusnya
menjadi tujuannya,dan sebagainya. Landasan filosofis merupakan landasan yang
berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasa Yunani. Philein berarti mencintai, dan sophos
atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Terdapat kaitan yang
erat antara pembelajaran dengan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarakat, sedangkan pembelajaran berusaha
mewujudkan citra tersebut. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta
masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraan
pembelajaran. Dan dari sisi lain, pembelajaran merupakan proses memenusiakan
manusia.
Filsafat
dalam pembelajaran berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai
pertanyaan pokok sekitar pembelajaran,seperti apa, mengapa, ke mana, bagaimana
dan sebagainya dari pembelajaran itu. Kejelasan berbagai hal tersebut sangat
perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan
dalam pembelajaran. Hal ini sangat penting karena hasil pembelajaran tidak
segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan
kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan. [5]
3.
Landasan Sosiologis
Manusia
selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup
lainnya, yaitu hewan. Meskipun demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit
dari pengelompokan hewan. Kehidupan social manusia tersebut dipelajari oleh
filsafat, yang berusaha mencari hakikat masyarakat yang sebenarnya. Filsafat
social sering membedakan antar manusia sebagai individu dan manusia sebagai
masyarakat.
Kegiatan
pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara dua
individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda mengembangkan
diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang
dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. [6]
4.
Landasan Psikologis
Banyak
factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas hasil pembelajarn siswa. Namun diantara factor-faktor rohaniah siswa
yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat
kecerdasan/inteligensi siswa
b. Sikap siswa
c. Bakat siswa
d. Minat siswa
e. Motivasi
siswa
Tujuan
pembelajaran pada hakikatnya adalah diperolehnya perubahan tingkah laku
individu. Perubahan tersebut merupakan akibat perbuatan belajar.[7]
C.
Tujuan
Metode Pembelajaran
Metode
yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan pembelajaran.
Metode harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif berproses guna
mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan anak
secara individu agar bias menyelesaikan segala permasalahan yang
dihadapinya.dipilihnya beberapa metode tertentu dalam suatu pembelajaran
bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dan
kesuksesan operasional pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat
merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan
bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk
lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah
direncanakan bias diraih dengan sebaik dan semudah mungkin.
Dengan
demikian, jelaslah bahwa metode sangat berfungsi dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Perlu juga menjadi pertimbangan bahwa ada materi yang berkenaan dengn
dimensi afektif dan psikomotorik, dan ada materi yang berkenaan dengan dimensi
afektif, yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.[8]
D.
Metode-metode yang digunakan dalam pembelajara Al-Qur’an
dan Hadits pada siswa MA kelas X semester I
1.
Metode Debat
Metode
Debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi
paket Pro dan Kontra. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kelompok
terdiri dari empet orang. Didalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambilposisi
pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang
topic yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua
posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya
guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi
kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam
prosedur debat.[9]
2.
Metode
picture and picture
Metode
picture and picture adalah suatu metode belajar
yang menggunakan gambar dan dipasangkan/ diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah
a.
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b.
Menyajika
materi sebagai pengantar.
c.
Guru
menunjukan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d.
Guru
menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
e.
Guru
menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tesebut.
f.
Dari alasan/
urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
g.
Kesimpilan/
rangkuman.
Kelebihan
dan kekurangan
v Kelebihan Metode picture and
picture adalah guru
lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih berfikir logis dan sistematis.
3.
Metode
numbered heads together
Metode numbered head together adalah suatu metode belajar
dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara
acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah
a.
Siswa dibagi
dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya.
d.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
e.
Tanggapan
dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f.
Kesimpulan
Kelebihan dan kelemahan
a.
Kelebihan
-
Setiap siswa
menjadi siap semua
-
Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
-
Siswa yang
pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b.
Kelemahan
-
Kemungkian
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
-
Tidak semua
anggota kelompok dipanggil oleh guru.[11]
4.
Metode investigasi
kelompok
Metode investigasi
kelompok dipandang
sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topic maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas
mejadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topic tertentu. Para
siswa memilih topic yang ingin dipelajari, mengikuti investasi mendalam
terhadap berbagai subtopic yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
menyajikan suatu laporan didepan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah
a. Seleksi
topik
Parasiswa
memilih berbagai subtopic dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan
menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups)
yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan
kerjasama
Para
siswa besera guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topic dan subtopic yang telah
dipilih dari langkah (a) diatas.
c. Implementasi
Para
siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah (b). pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktifitas dan ketrampilan dengan fariasi yang luas
dengan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang
terdapat didalam maupun diluar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan
Sintesis
Para
siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah (c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
e. Penyajian
Hasil Akhir
Semua
kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topic yang
telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai
suatu perspektif yang luas mengenai topic tersebut. Presentasi kelompok
dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru
beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.[12]
5.
Metode
Student Teams Achievent Divisions
(STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa
yang pandai menjelaska anggota lain sampai mengerti.
Langkah-Langkah
a.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
b.
Guru menyajikan
pelajaran.
c.
Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d.
Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa.
Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e.
Memberi evaluasi.
f.
Penutup.
Kelebihan
dan Kelamahan
a.
Kelebihan
-
Seluruh siswa menjadi lebih siap.
-
Melatih kerjasama dengan baik.
b.
Kelemahan
-
Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
-
Membedakan siswa.[13]
6.
Metode
examples non examples
Metode examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan
contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah
a.
Guru mempersiapkan ganbar-gambar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
b.
Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
lewat OHP.
c.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan/ menganalisa gambar.
d.
Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
e.
Setiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil
diskusinya.
f.
Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g.
Kesimpulan.
Kebaikan
dan Kekurangan
a.
Kebaikan
-
Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
-
Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh
gambar.
-
Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya.
b.
Kekurangan
-
Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk
gambar.
-
Memakan waktu yang lama.
7.
Metode
internalisasi
Sesuatu
yang telah diketahui dapat saja sekedar diketahui, tempatnya di otak. Untuk
mengetahui apakah murid sudah tahu, guru dapat memberikan soal ujian atau
ulangan. Jika jawabannya benar, berarti murid sudah tahu, murid mampu bahkan
terampil melaksanakan yang diketahui itu. Tempatnya di anggota badan. Nah, yang
di otak dan yang di badan itu boleh jadi menetap saja disitu; dua-duanya itu
masih berada di luar kepribadian, masih berada di daerah ekstern, belum berada
di daerah dalam kepribadian (intern). Karena itu pengetahuan dan keterampilan
harus dimasukkan ke daerah intern. Proses memasukkan inilah yang disebut
internalisasi.[14]
BAB III
ANALISIS PEMBAHASAN
A. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Al-Qur’an Hadits MA Kelas X Semester I
NO.
|
STANDAR
KOMPETENSI
|
KOMPETENSI
DASAR
|
MATERI
|
METODE
PEMBELAJARAN
|
1.
|
Memahami
pengertian Al-Qur’an dan bukti otentiknya
|
1.1
Menjelaskan pengertian
al-Qur’an menurut para ahli
1.2
Membuktikan keotentikan
al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan redaksinya, kemukjizatannya dan
sejarahnya
1.3
Menunjukkan prilaku orang yang
meyakini kebenaran al-Qur’an
|
Pelajaran 1:
Al-Qur’an
bukti otentik.
1.
Pengertian Al-Qur’an
2.
Nama-nama Al-Qur’an
3.
Pengertian I’jazul Al-Qur’an
4.
Aspek-aspek kemukjizatan
A-Qur’an
|
1.
Metode internalisasi
2.
Metode Numbered Heads Together.
3.
Metode Resitasi.
4.
Metode Pemahaman.
5.
Metode Diskusi
|
2.
|
Memahami isi
pokok ajaran al-Qur’an
|
2.1
Mengidentifikasi isi pokok ajaran
Al-Qur’an
2.2 Menunjukkan
ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an
2.3
Menjelaskan kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-qur’an
2.4 Menerapkan
kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-qur’an
|
.Pelajaran2
:
Memahami isi pokok ajaran
Al-Qur’an
1.
Isi kandungan Al-Qur’an
meliputi:
a.
Akidah
b.
Ibadah dan muamalah
c.
Akhlaq
d.
Hukum
e.
Sejarah
f.
Dasar-dasar IPTEK
|
1.
Metode internalisasi.
2.
Metode Resitasi.
3.
Metode Numbered Heads Together.
4.
Metode Diskusi
|
3.
|
Memahami
fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan
|
3.1 Mendiskripsikan
fungsi Al-Qur’an
3.2
Menunjukkan peilaku orang yang memfungsikan al-qur’an
3.3 Menerapkan
fungsi al-qur’an dalam kehidupan sehari- hari
|
Pelajaran 3:
Memahai fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan.
1.
Fungsi dan tujuan Al-Qur’an:
a.
Petunjuk bagi manusia
b.
Sumber pokok agama islam
c.
Peringatan dan pelajaran bagi
manusia
|
1.
Metode internalisasi.
2.
Metode Student Teams- Achievement Division.
3.
Metode Pemahaman.
|
4.
|
Memahami
cara-cara mencari surat dan ayat dalam Al-Qur’an
|
4.1
Mendeskripsikan fungsi al-qur’an
4.2 Menunjukkan
perilaku orang yang memfungsikan al-qur’an
4.3 Menerapkan
fungsi al-qur’an dalam kehidupan sehari-hari
|
Pelajaran 4:
Mencari surat
dan ayat dalam
Al-Qur’an
|
1.
Metode internalisasi.
2.
Metode Metode Student Teams- Achievement Division.
3.
Metode Pemahaman.
|
5.
|
Memahami
ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai khalifah dibumi
|
1.1
Mengartikan QS. Al-Mukminun:
12-14, QS. Al-Nahl: 78, QS. Al-Baqarah: 30 dan QS. Adz-Dzariyat: 56
1.2
Menjelaskan kandungan QS.
Al-Mukminun: 12-14, QS. Al-Nahl: 78, QS. Al-Baqarah: 30 dan QS. Adz-Dzariyat:
56
1.3
Menerapkan perilaku sebagai
khalifah dibumi seperti terkandung dalam QS. Al-Mukminun: 12-14, QS. Al-Nahl:
78, QS. Al-Baqarah: 30 dan QS. Adz-Dzariyat: 56
|
Pelajaran
5:
Tugas manusia sebagai Khalifah Fil Ardhi
|
1.
Metode internalisasi.
2.
Metode Metode Student Teams- Achievement Division.
3.
Metode Pemahaman.
4.
Metode resitasi
|
6.
|
Memahami
ayat-ayat al-qur’an tentang Demokrasi
|
6.1
Mengartikan QS. Ali Imran 159 dan QS. Asy-Syura: 38
6.2
Menjelaskan kandungan QS. Ali Imran 159 dan QS. Asy-Syura: 38
6.3 Menerapkan
perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS. Ali Imran 159 dan QS.
Asy-Syura: 38 dalam kehidupan sehari-hari
|
Pelajaran 6:
Demokrasi:
1.
Mengartikan ayat tentang
Demokrasi
Menjelaskan
kandungan ayat tentang Demokrasi
|
1.
Metode internalisasi.
2.
Metode Metode Student Teams- Achievement Division.
3.
Metode Pemahaman.
4.
Metode resitasi
|
B. Ringkasan Materi
Al-Qur’an Hadits MA Kelas X Semester I
I.
Al-Qur’an Bukti Otentik
a)
Pengertian
Al-Qur’an
Secara etimologi (bahasa) kata al-qur’an
artinya bacaan atau yang dibaca (bermakna isim maf’ul) menurut ahli bahasa,
Al-Lihyani (wafat 215 H). Kata Al-Qur’an adalah isim masdar dengan arti isim
maf’ul, yaitu yang dibaca. Karena di dunia ini tidak ada
bacaan buku atau kitab seperti al-qur’an yang senantiasa dibaca, dimusabaqohkan
(diperlombakan) dan dikaji oleh berjuta-juta manusia. Hal tersebut juga
diperkuat oleh Prof. Chotibul Uman bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang paling
banyak dibaca orang diseluruh dunia baik dari umat islam sendiri maupun non
muslim.
Kata Al-Qur’an dan maknanya, ada Ulama
yang berpendapat lain diantaranya:
·
Imam
Syafi’I (105-204 H) bahwa Al-Qur’an tidak merupakan musyitaq (kata bentukan)
dari apapun. Merupakan nama yang secara khusus diberikan oleh Allah untuk kitab
suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
·
Imam Al-Farra’
(wafat 207 H) kata Al-Qur’an adalah musyitaq
(kata bentukan) dari kata yang merupakan isim jama’ yang berarti
petunjuk atau indikator. Alasan pendapat ini adalah karena pada kenyataannya
sebagian ayat-ayat al-qur’an itu satu dengan yang lainnya berfungsi sebagai
hubungan atau petunjuk indikator.
·
Al-Asy’ari
(wafat 324 H) tokoh aliran Sunni berpendapat bahwa kata Al-Qur’an adalah
musytaq. Alasan pendapat ini karena dalam kenyataannya surat-surat yang
berjumlah 114 dan ayat-ayat yang jumlahnya lebih dari 6600 dihimpun dan
digabung dalam satu mushaf.
Pengertian Al-Qur’an menurut istilah
(terminologi) terdapat banyak definisi. Hal demikian karena diakibatkan oleh
sudut pandang dari disiplin ilmu yang berbeda dan juga panjang pendeknya
definisi yang dibuat.
Beberapa definisi yang telah dikemukakan
para Ulama’ antara lain:
·
Syaikh
Muhammad Khudari Baik
Beberapa sifat dan unsur Al-Qur’an yang dikemukakan:
1)
Al-Qur’an
adalah berbahasa Arab.
2)
Diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
3)
Disampaikan
dengan jalan mutawatir.
4)
Ditulis
dalam mushaf.
5)
Dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.
·
Syaikh
Muhammad Abduh
Definisinya yaitu:
1)
Al-Qur’an
merupakan bacaan.
2)
Tertulis
dalam mushaf-mushaf.
3)
Terjaga
dalam hafalan-hafalan umat Islam.
b)
Nama lain
AL-qur’an, antara lain: Al-Furqon, Al-Kitab, Adz-Dzikir.
c)
Pengertian
I’jazul Al-Qur’an
Secara etimologi (bahasa) mu’jizat mempunyai arti: melemahkan,
mengalahkan lawan,atau musuh.
Sedangkan menurut terminologi (istilah), mu’jizat adalah sesuatu
yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan selamat dari perlawanan.
Contoh: mu’jizat nabi Muhammad yaitu Al-Qur’an, mu’jizat nabi Musa
yaitu berupa tongkat, dll.
d)
Aspek-aspek
kemu’jizatan Al-Qur’an adalah gaya bahasa, susunan kalimat, simple, berita tentang hal-hal yang
ghaib, sejalan dengan ilmu pengetahuan modern.[15]
II.
Memahami Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an Al-Karim adalah kitab Allah yang diturunkan Allah SWT
kepada Rasul-Nya Muhammad SAW berisi petunjuk guna menjadi pedoman hidup umat
manusia.
Isi kandungan Al-Qur’an itu dapat digali dan dikembangkan menjadi
berbagai bidang. Isi kandungan Al-Qur’an secara garis besar yaitu meliputi:
a.
Aqidah
Aqidah adalah keyakinan, kepercayaan. Aqidah Islam adalah suatu
kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh orang Islam.
Pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini menjadi aqidah orang
muslim ada enam yang disebut rukun iman.
b.
Ibadah dan
Muamalah
Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi, berbakti dan
beribadah kepada-Nya. Manusia adalah makhluk sosial, dalam kehidupannya
memerlukan berbagai kagiatan dan hubungan atau komunikasi. Komunikasi dengan
Allah yang disebut hablun min Allah yang tata hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya. Seperti shalat, membayar zakat dan ibadah lainnya. Hubungan manusia
dengan manusia lain serta alam sekitarnya yang disebuut hablun minannas,
seperti jual beli, silaturrahmi, dan kegiatan kemasyarakatan lain yang disebut
muamalat.
c.
Akhlaq
Nabi Muhammad SAW ditugaskan Allah adalah untuk membangun akhlak
mulia. Meningkatkan derajat manusia dari lembah hina menjadi mulia, dari
kehidupan yang gelap menjadi cemerlang.
Nabi mmuhammad SAW berakhlak mulia. Menjadi suri tauladan dan
panutan umat manusia yang mendambakan kebahagiaan dan rahmat Allah.
d.
Hukum
Al-Qur’an merupakan sumber pokok hukum islam guna mengatur tata
kehidupan yang aman damai, sejahtera, bahagia, adil makmur, selamat didunia dan
akhirat.
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang
hukum-hukum perkawinan, perceraian, waris, perjanjian, pidana, dan masih banyak
lagi.
e.
Sejarah
Pada dasarnya Al-Qur’an adalah pedoman hidup. Disamping berisi
pokok-pokok ajaran dan hukum Islam, Al-Qur’an juga mengandung banyak peristiwa
sejarah, kisah para Nabi dan umat manusia pada zaman dahulu.
Fungsi dari sejarah adalah untuk menjadi pelajaran yang baik ditiru
dan yang tidak baik ditinggalkan.
f.
Dasar-dasar
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan manusia, memerlukan
pengetahuan dan tekhnologi. Namun ilmu pengetahuan dan teknologi saja tidak
cukup memberikan jaminan bagi kesejahteraan dan keamanan manusia serta
kebahagiaannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi dengan agama,
karena tanpa agama dapat membinasakan umat manusia itu sendiri, seperti
penggunaan hasil teknologi untuk penghancuran manusia dan mengancam
kehidupannya.[16]
III.
Memahami Fungsi Al-Qur’an dalam kehidupan
Fungsi dan
Tujuan Al-Qur’an:
a.
Petunjuk bagi manusia.
b.
Sumber pokok ajaran Islam.
c.
Peringatan dan pelajaran bagi
manusia.[17]
IV.
Mencari Surat dan Ayat dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab suci dan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar telah
mengundang para ilmuan baik dari kalangan muslim sendiri maupun dari
non-muslim, untuk menggali dan mengkaji isinya dari berbagai sudut disiplin
ilmu yang berbeda-beda. Salah satu kajiannya adalah mengklasifikasikan surat
dan ayat Al-Qur’an berdasarkan topik, masalah atau pokok bahasan.[18]
V.
Tugas Manusia sebagai Khalifah Fil Ardhi
a.
QS.
Al-Mukminun: 12-14:
Artinya:
“(12) Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. (13) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air maniKami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maha Sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik”.
b.
QS.
Al-Nahl: 78
Artinya:
“78. Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
c.
QS.
Al-Baqarah: 30
Artinya:
“30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ mereka
berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman:
‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.”
d.
QS.
Adz-Dzariyat: 56
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”[19]
VI.
Demokrasi
a.
QS. Ali
Imran 159:
Artinya:
“159. Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu
Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
b.
QS.
Asy-Syura 38:
Artinya:
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan
kepada mereka.”[20]
C.
Analisis Metode Pembelajaran Terhadap Materi PAI Al-Qur’an Hadits
MA Kelas X Semester I
Dalam makalah kami, mendapatkan beberapa
metode sebagai berikut:
a.
Metode Debat
b.
Metode Picture and Picture
c.
Metode Numbered Heads Together
d.
Metode Student Teams- Achievement Division
e.
Metode Investigasi Kelompok
f.
Model Examples Non Examples
g.
Metode Internalisasi
Menurut analisis kami, metode yang tepat digunakan
dalam materi Alqur’an Hadits MA kelas X semester I adalah:
i.
Metode Numbered Heads Together
Metode
Numbered Heads Together dapat diterapkan dalam materi Alqur’an Hadits, karena
metode ini sangat membantu bagi guru untuk dapat memahamkan materi dengan baik.
Sesuai dengan sifat materi tersebut (bersifat baku).
ii.
Metode Student Teams- Achievement Division
Metode
Student Teams- Achievement Division dapat diterapkan dalam materi Alqur’an
Hadits, sama halnya pada Metode Numbered Heads Together, akan tetapi sebagian
siswa berperan sebagai guru. Dan guru hanya mengawasi dan memberikan komentar.
iii.
Metode Internalisasi
Begitu
juga dengan Metode Internalisasi, yang intinya adalah tersampaikannya materi
Alqur’an Hadits terhadap para murid.
Sedangkan metode yang tidak tepat dalam pembelajaran
materi Alqur’an Hadits MA kelas X semester I adalah:
a.
Metode Debat
Pada
Metode Debat tidak tepat digunakan karena metode tersebut materinya bersifat
pro dan kontra. Sehingga tidak tepat dalam pembelajara Alqur’an Hadits, karena
alqur’an dan hadits adalah suatu materi yang sudah pasti (sebagai dasar dalam
agama islam), adapun akan menerapkan metode ini adalah pada pengembangan hukumnya,
itu pun bagi mereka yang telah dianggap mampu untuk ber ijtihad.
b.
Metode Picture and Picture
materi
Alqur’an Hadits tidak cocok diterapkan dengan metode Picture and Picture,
karena materi Alqur’an Hadits adalah sebuah catatan hukum, sedangkan metode menggunakan
media gambar sebagai proses pembelajaran.
c.
Metode Investigasi Kelompok
Begitu
juga dengan metode Investigasi Kelompok, metode ini tidak cocok diterapkan
proses pembelajaran materi al-quran dan hadits, karena metode ini meramu sebuah
materi dari awal sampai dengan akhir, sedangkan
materi al-quran dan hadits adalah sebuah materi yang sudah jadi, dengan
tinggal menerapkan materi yang sudah ada kepada para siswa.
d.
Model Examples Non Examples
Model Examples Non Examples yang titerapkan dengan menggunakan media
gambar dan penggambaran sebuah kasus, maka tidak dapat diterapkan untuk materi
al-quran dan hadits, tetapi ketika menggunakan sebuah cerita yang ada dalam
hadits atau al-quran, maka akan bisa diterapkan. Itu pun dengan catatan bahwa
hukum yang terkandung didalamnya belum diganti.
[1] Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam
Berbasis PAIKEM, LSIS dan RASAIL Media Group, Semarang, 2009. Cet.IV. hal.7
[2]
Ibid, hal.8
[3]
Prof. Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno, M.Pd., Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami, (Bandung:PT Refika
Aditama, 2009), cet. III, hal. 15
[4]
Opcit., hal 11
[5] Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam
Berbasis PAIKEM, LSIS dan RASAIL Media Group, Semarang, 2009. Cet.IV. hal.14
[6]
Ibid., hal.15
[7]
Ibid., hal. 16-17
[8]
Ibid., hal. 18
[9]
Nur Khoiri, M. Ag., Metodologi
Pembelajaran PAI. (jepara: INISNU, 2011), hal. 72
[10]
Ibid., hal. 73
[11]
Ibid., hal. 74
[12]
Ibid hal. 75-76
[13]
Ibid, hal.77
[14]
Ibid., hal. 77-78
[15]
Departemen Agama RI, Qur’an
hadist Kelas X Semerter I, (Jakarta: Akik Pustaka,2010), hal. 3
[16]
Ibid., hal. 23
[17]
Ibid., hal. 34
[18]
Ibid., hal. 40
[19]
Ibid., hal. 46
[20]
Ibid., hal 58