A. Tujuan, Tugas dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan islam adalah suatu prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam. Metode merupakan aspek penting untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada sisiwa. Sehingga terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh siswa tersebut. dalam pendidikan islam, metode mendapat perhatian yang sangat besar. Al Quran dan Assunnah sebagai sumber agama islam berisi petunjuk dan prinsip-prinsip yang dapat dipresentasikan menjadi konsep tentang metode ini.
Signifikansi metode ini
mengakibatkan guru harus memahami proses belajar dan metode mangajar serta
memahami syarat-syarat berlakunya proses belajar dan juga prinsip-prinsip umum
yang menjadi dasar bagi teori-teori dalam proses belajar mengajar. Adapun
prinsip-prinsip yang harus di ketahui dalam metode pendidikan islam itu adalah
:
1.
Prinsip
kesesuaian dengan psikologi anak
Metode yang di kembangkan oleh pendidik harus
memperhatikan motivasi, kebutuhan, minat dan keinginan siswa dalam proses
belajar. Menggerakkan motivasi yang terpendam, sekaligus menjaga dan
memeliharanya, sehingga menjadikan pelajar termotivasi belajar lebih aktif.
Dalam menumbuhkan dan memelihara motivasi ini,
pendidik harus mengakulturasikan atau memadukan antara persuation dan
determination supaya anak didik tidak lemah dan tidak pula memiliki sifat
kekerasan.[1]
2.
Menjaga
tujuan pelajaran
Tujuan pelajaran yang telah di ketahui oleh
siswa perlu di jaga dan di kembangkan bahkan membimbingnya sehingga ia menyukai
pelajaran. Tugas utama guru dalam hal ini adalah menolong murid untuk
menentukan tujuannya dalam belajar dan menjaga tujuan pelajaran tersebut dalam
proses belajar mengajar.
3.
Memelihara
tahap kematangan
Menjaga tahap kematangan murid dalam proses
belajar di maksudkan agar usaha pengajaran dapat mencapai pada titik optimal
dan memungkinkan pelajar mengambil manfaaat dari usaha-usaha pendidikan yang di
berikan. Dengan demikian, pengajaran yang di sampaikan sesuai dengan akal,
tahap pengamatan dan pemahaman siswa. Juga dapat di kemukakan, dengan
memelihara tahap kematangan ini proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan enjoy dan menciptakan kesan yang baik bagi siswa.
4.
Partisipasi
partikal
Penekanan dalam prinsip ini adalah pada amal
(action) untuk menanamkan dan meneguhkantujuan pelajaran. Dalam tercapainya
“perubahan” dalam pendidikan dapat di ketahui melalui tingkah laku dan metode
pelaksanaannya melalui pengamalandan partisipasi yang berulang-ulang.[2]
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak
hanya di tuntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan di berikan kepada
peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik
pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal
ini karena metode islam tidak sama dengan metode pendidikan lain.
Tujuan diadakannya metode adalah
menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna
dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan
ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar
peserta didik secara mantap.
Uraian di atas menunjukkan bahwa
fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, member
kemudahan peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha
kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta
didik. Di samping itu, dalam uraian itu di tunjukkan pula bahwa fungsi metode
pendidikan adalah member inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan
yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan
pendidikan.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi
prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan
pendidikan yang terealisasi melalui peyampaian keterangan dan pengetahuan agar
siswa mengetahui, memahamai, mengahayati dan meyakini materi yang di berikan,
serta meningkatkan ketrampilan olah piker. Selain itu tugas utama metode
tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai
dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan
bagaimana factor-faktor tersebut di harapkan menjadi pendorong kearah perbuatan
nyata.[3]
B.
Bentuk
Metode Pendidikan Yang Berpengaruh Terhadap Anak
Bentuk-bentuk metode pendidikan
Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah :
1)
Pendidikan dengan keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan
merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam
mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak.
Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang
tindak-tanduk dan sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh
mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan
senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan
menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik
jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari
perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam
kejujuran, terbentuk dengan akhlak
mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan
agama.[4]
Kesimpulannya adalah memberikan
teladan yang baik dalam pandangan Islam merupakan metode pendidikan yang paling
membekas pada anak didik. Ketika seorang anak menemukan pada diri kedua orang
tuanya dan pendidiknya suatu teladan yang baik dalam segala hal, maka ia telah
meneguk prinsip-prinsip kebaikan yang dalam jiwanya akan membekas berbagai
etika Islam.[5]
Dengan demikian, perlu diketahui
oleh orang tua dan pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang
baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kenakalan anak. Bahkan merupakan
dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji.
Tanpa memberikan teladan yang baik, pendidikan anak-anak tidak akan berhasil
dan nasehat tidak akan berpengaruh.[6]
2)
Pendidikan dengan adat kebiasaan
Termasuk masalah yang sudah
merupakan ketetapan dalam syariat Islam, bahwa anak sejak lahir diciptakan
dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah
.Sesuai dengan firman Allah dalam surat
ar-Rum ayat 30 :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah.
manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan”.
Dalam memperbaiki anak dan
meluruskan penyimpangannya para pendidik hendaknya membedakan antara dua macam
anak didik. Demikian pula halnya dalam upaya pembiasaan dan pembekalan
akhlaknya. Yakni bagi orang dewasa metode yang digunakan adalah berkisar pada
tiga masalah pokok, yaitu :
a.
Ikatan akidah
Ikatan akidah adalah merupakan dasar
yang paling utama bagi kelangsungan seorang mukmin dalam muqarabah kepada Allah
, merasakan keagungannya, dan takut kepada-Nya disetiap waktu dan kesempatan.
Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan kokohnya spiritual dan kehendak
personal seorang mukmin.[7]
b.
Penjelasan akan cela dan kejahatan.
Dengan menerangkan cela kemungkaran
dan kejahatan, akan memberikan kepuasan bagi kaum dewasa untuk meninggalkan
perbuatan dosa dan berkemauan keras untuk meninggalkan segala kehinaan. Bahkan
dengan segala ketentraman jiwa dan hatinya, ia akan meninggalkan dengan
sendirinya segala perbuatan dosa.[8]
c.
Perubahan lingkungan.
Dengan mengubah lingkungan sosial,
berarti mempersiapkan supaya memperbaiki kaum dewasa dengan cara yang baik,
menyediakan suasana yang kondusif, kehidupan mulia, sehingga akan baik dengan
sendirinya.
Adapun metode Islam dalam rangka
upaya perbaikan terhadap anak-anak adalah mengacu pada dua hal pokok, yaitu :
1)
Pengajaran.
Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis
dalam upaya perbaikan dan pendidikan.
2)
Pembiasaan.
Yang dimaksud dengan pembiasaan adalah dimensi praktis dalam upaya
pembentukan (pembinaan) dan persiapan.[9]
Pendidikan dengan metode pengajaran dan pembiasaan ini adalah
termasuk prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan metode yang paling
efektif dalam pembentukan akidah dan pelurusan akhlak anak. Sebab, pendidikan
ini didasarkan pada perhatian dan pengikutsertaan, didirikan atas dasar targhib
dan tarhib serta bertolak dari bimbingan serta pengarahan.
Dengan demikian jelas bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak
kecil adalah upaya yang paling terjamin berhasil dan memperoleh buah yang
sempurna. Sedangkan mendidik dan melatih setelah berusia dewasa, maka jelas
terdapat kesulitan-kesulitan bagi orang yang menginginkan mencari keberhasilan
dan kesempurnaan.[10]
3)
Pendidikan dengan nasehat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan
akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial
adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-basehat.
Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata
anak-anak kesadaran akan hakekat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan
martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya
dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya tidak heran jika kita mengetahui bahwa
Al Qur’an menggunakan dan berulang-ulang dalam beberapa ayat dan dalam sejumlah
tempat dimana Allah memberikan arahan
dan nasehat-Nya. Contohnya dalam surat Luqman ayat 13-17 :[11]
“13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Al Qur’an penuh dengan ayat-ayat
yang menjadikan metode pemberian nasehat sebagai dasar dakwah, sebagai jalan
menuju perbaikan individu dan memberi petunjuk bagi masyarakat. [12]
Metode Al Qur’an dalam menyajikan
nasehat dan pengajaran mempunyai ciri tersendiri, yaitu :[13]
a.
Seruan yang menyenangkan, seraya
dibarengi dengan kelembutan atau upaya penolakan.
Metode ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa dan
perasaan. Contohnya :
1)
Seruan untuk anak-anak.
4Ucapan Ibrahim
a.s. dalam surat Al Baqarah ayat 132 :[14]
“132. dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya
Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama Islam".
2)
Seruan untuk kaum wanita.
Ucapan malaikat kepada Maryam a.s. dalam surat Ali Imran ayat 42-43
[15]:
42. dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai
Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan
kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
43. Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama
orang-orang yang ruku'( Shalatlah dengan berjama'ah)”.
3)
Seruan untuk bangsa-bangsa.
Ucapan Musa a.s dalam Al Baqarah ayat 54 :[16]
54. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah
menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu[49]. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi
Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya
Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Nb: [49] Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang
tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang
mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh,
dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka
masing-masing untuk bertaubat.
4)
Seruan kepada orang-orang yang
beriman.
Dalam surat Al Baqarah ayat 153 :[17]
“153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Nb: [99] Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan shalat.
5)
Seruan kepada ahli kitab.
Surat al Maidah ayat 15 :[18]
“15. Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan[408]”.
Nb: [408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab
Maksudnya: Al Quran.
6)
Seruan kepada seluruh umat manusia.
Surat An Nisa’ ayat 174 :[19]
“174. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan
kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”.
b.
Metode cerita disertai perumpamaan
yang mengundang pelajaran dan nasehat.
Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal dengan
argumen-argumennya yang logis dan rasional. Al Qur’an memakai metode ini di
beberapa tempat terutama dalam berita-berita tentang para rasul dan kaumnya.
Contohnya adalah dalam surat Yusuf ayat 3 :[20]
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.
c.
Metode wasiat dan nasehat.
Al Qur’an sangat dipenuhi oleh ayat-ayat yang disertai wasiat dan
nasehat, nash-nash yang mengandung arahan kepada pembaca terhadap apa yang
mendatangkan manfaat dalam agama, dunia dan akhiratnya. Juga yang bermanfaat
bagi pembentukan dirinya secara spiritual, mental dan fisikal dan berguna bagi
persiapannya menjadi dai dan pahlawan jihat. Contohnya dalam surat Luqman ayat
13 :[21]
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".
Macam-macam metode nasehat dalam Al Qur’an antara lain :
1)
Pengarahan dengan kata penguat.
2)
Pengarahan dengan pertanyaan yang
mengandung kecaman.
3)
Pengarahan dengan argumen-argumen
logika.
4)
Pengarahan dengan keuniversalan
Islam.
5)
Pengarahan dengan yudisprudensi
6)
Menggunakan metode dialog.
7)
Memulai nasehat dengan bersumpah
kepada Allah .
8)
Mencampur nasehat dengan humor.
9)
Sederhana dalam nasehat agar tidak
membosankan.
10)
Nasehat yang berwibawa dan membekas
bagi hadirin.
11)
Nasehat dengan memberikan perumpamaan.
12)
Nasehat dengan memperagakan tangan.
13)
Nasehat dengan memperagakan gambar.
14)
Nasehat dengan amalan praktis.
15)
Nasehat disesuaikan dengan situasi.
16)
Nasehat dengan mengalihkan kepada
yang lebih penting.
17)
Nasehat dengan menunjukkan sesuatu
yang haram (agar dijauhi).[22]
3)
Pendidikan dengan memberikan
perhatian/pengawasan.
Yang dimaksud dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak,
mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, di samping selalu
bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.[23]
Pendidikan semacam ini merupakan modal dasar yang dianggap paling
kokoh dalam pembentukan manusia seutuhnya yang sempurna, yang menunaikan hak
setiap orang yang memilikinya dalam kehidupan dan termotivasi untuk menunaikan
tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan
tercipta muslim yang hakiki, sebagai batu pertama untuk membangun pondasi Islam
yang kokoh.
Islam dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang abadi
memerintahkan kepada orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa
mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan
pendidikan yang universal.
Dalam
Al Qur'an di surat at-Tahrim ayat 6 disebutkan tentang keharusan memperhatikan
dan melakukan pengawasan :[24]
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
Sudah
menjadi kesepakatan, bahwa memperhatikan dan mengawasi anak yang dilakukan oleh
orang tua dan pendidik adalah asas pendidikan yang paling utama. Mengingat anak
akan senantiasa terletak dibawah perhatian dan pengawasan pendidikan jika
pendidik selalu memperhatikan terhadap segala gerak-gerik, ucapan, perbuatan
dan orientasinya.[25]
Nabi
memberikan contoh tentang perhatian dan pengawasan dalam haditsnya, diantaranya
yaitu :
a.
Perhatian dalam pendidikan sosial.
b.
Perhatian dalam memperingatkan yang
haram.
c.
Perhatian dalam mendidik anak kecil.
d.
Perhatian dalam memberikan petunjuk
kepada kaum dewasa.
e.
Perhatian dalam pendidikan moral.
f.
Perhatian dalam pendidikan
spiritual.
g.
Perhatian dalam pendidikan jasmani.
h.
Perhatian dalam pendidikan dakwah
kepada orang lain dengan lemah lembut.[26]
Jika
perhatian dan pengawasan yang nyata bisa memberikan hasil dan manfaat untuk
orang dewasa, maka untuk anak kecil pastinya akan lebih bermanfaat dan berguna.
Sebab anak kecil memiliki kecenderungan kepada kebaikan, kesiapan fitrah,
kejernihan jiwa, yang tidak dimiliki kaum dewasa. [27]
Berdasarkan
atas asas dan pokok-pokok yang telah diletakkan oleh Rasulullah Saw. dalam
memperhatikan dan mengawasi individu dalam masyarakat, wanita dalam umat, dan
anak dalam keluarga, maka wajib bagi orang tua dan pendidik untuk menggerakkan
semangat dan meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
memperhatikan dan mengawasi, dalam rangka mempersiapkan generasi muslim,
membentuk masyarakat utama dan menciptakan negara Islam. Permasalahan yang
harus diketahui oleh pendidik adalah pendidikan dengan perhatian dan pengawasan
tersebut tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek perbaikan dalam
pembentukan jiwa umat manusia. Tetapi harus mencakup seluruh aspek, yaitu
keimanan, mental, moral, fisik, spiritual dan sosial. Sehingga pendidikan dapat
menghasilkan buah dalam menciptakan individu muslim yang memiliki kepribadian
integral, matang dan sempurna yang dapat memenuhi hak semua manusia. [28]
Demikian
metode Islam dalam pendidikan dengan pengawasan. Metode tersebut adalah metode
yang sangat bagus. Jika diterapkan pada anak didik maka mereka akan menjadi
penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang saleh, bermanfaat bagi umat
Islam. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa memperhatikan dan menagawasi
anak-anak kita dengan sepenuh hati, pikiran dan perhatian baik dari segi
keimanan, rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap
dan emosi serta segala sesuatunya.[29]
4)
Pendidikan dengan memberikan
hukuman.
Syariat
Islam yang universal sungguh memiliki peran dalam melindungi kebutuhan primer
yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan umat manusia. Terutama dalam masalah
pendidikan, Rasululllah telah meletakkan metode dan tata cara bagi para
pendidik untuk memperbaiki penyimpangan anak, mendidik, meluruskan kebengkokannya,
membentuk moral dan spiritualnya sehingga pendidik dapat mengambil yang lebih
baik, memilih yang lebih utama untuk mendidik dan memperbaiki sehingga dapat
membawa sampai tujuan yang diharapkan, menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa.[30]
Adapun
metode yang diberikan Rasulullah Saw. tersebut adalah :
a.
Menunjukkan kesalahan dengan
pengarahan.
b.
Menunjukkan kesalahan dengan ramah
tamah.
c.
Menunjukkan kesalahan dengan
memberikan isyarat.
d.
Menunjukkan kesalahan dengan
kecaman.
e.
Menunjukkan kesalahan dengan
memutuskan hubungan (Memboikot)
f.
Menunjukkan kesalahan dengan
memukul.
g.
Menunjukkan kesalahan dengan
memberikan hukuman yang membuat jera.[31]
C.
Pendekatan
Metode Pendidikan Islam
Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin
Ahmad merumuskan pendekatan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori,
yaitu :
1.
Pendekatan tilawah (pengajaran)
Pendekatan tilawah ini meliputi
membaca ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai
ayat-Nya, mempunyai keyainan bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan
yang bersumber dari Rabb al-‘alamin,
serta memandang bahwa segala yang ada tidak di ciptakannya secara sia-sia
belaka. Betuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur
(berfikir) dan tadzakur (berdzikir),
sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli,
kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah
lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar dan sebagainya.
2.
Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi menyucikan
diri dari upaya amar ma’ruf dan nahi mungkar. Pendekatan ini bertujuan untuk
memlihara kebersihan diri dari lingkungannya, memelihara dan mengembalikan
akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam
memelihara kesucian lingkunangannya.
3.
Pendekatan ta’lim al-kitab
Mengajarkan Al-Kitab dengan
menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca,
memahami dan merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangannya.
Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna di balik fakta,
sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif. Indikatornya
pembelajaran membaca Al-Qur’an, diskusi tentang Al-Qur’an di bawah bimbingan
para ahli, memonitor pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca
literature islam dan lomba kreatifitas islami.[32]
4.
Pendekatan ta’lim al-hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan
pendekatan ta’lim al-kitab, haya saja bobot dan proporsinya serta frekuensinya
di perluas dan di perbesar. Insikator pendekatan ini adalah mengadakan
perenungan (reflective thingking),
reinovasi dan interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al kitab. Aplikasi
pendekatan ta’lim al-hikamah ini dapat berupa studi banding antar lembaga
pendidikan, antar lembaga pengkajian, antar lembaga penelitian dan sebagainya
sehingga terbentuk suatu konsensus umum yang dapat di pedomani oleh masyarakat
islam secara universal dan sebagai pembenahan atas tidak relevannya pendekatan
ta’lim al-kitab.
5.
Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan
suatu hal yanmemangbenar-benar asing dan belum di ketahui, sehingga pendekatan
ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar
biasa. Pendekatan ini hanya mungkin dapat di nikmati oleh nabi dan rasul saja,
seperti adanya malaikat, sedangkan manusia hanya bias menikmati sabagiankecil
saja. Indicator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapt
membawa manusia pada penjelajhan luar angkasa, sedangkan aplikasinya adalah
mengemabangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehdupan
manusia sehari-hari.
6.
Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan
belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitan orang
lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki
komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menembatani perbedaan
paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara
ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu’afa, kampanye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan
proyek-proyek social, serta mengembangkan badan amil zakat infak dan sedekah
(BAZIS).[33]
[1]
Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A.(Ed.)., Sejarah
Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada,2010), cet II, hlm. 18
[2]
Ibid. hlm. 19
[3]
Prof.Dr.Abdul Mujib,M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir,M.Si., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media,2010), cet.
III, hlm. 168.
[4]
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, “Tarbiyatul Aulad fil Islam (Terjemahan :
Pendidikan Anak dalam Islam)”, Jakarta : Pustaka Amani, 1999, cet. 2, hlm.
142.
[5]
Ibid,hlm. 178
[6]
Ibid,hlm. 184.
[7]
Ibid,194-195
[8]
Ibid, 202
[9]
Ibid, 202-203
[10]
Ibid,208
[11]
Ibid, 209-211
[12] Ibid,
214
[13]
Ibid, 215
[14]
Ibid, 216
[15]
Ibid, 217
[16]
Ibid, 218
[17]
Ibid, 220
[18]
Ibid, 220
[19]
Ibid, 221
[20]
Ibid, 222-223
[21]
Ibid, 277
[22]
Ibid, 234-269
[23]
Ibid, 275
[24]
Ibid.
[25]
Ibid, 278
[26]
Ibid, 279-284
[27]
Ibid, 287
[28]
Ibid, 288
[29]
Ibid, 303
[30]
Ibid, 303
[31]
Ibid, 312-322
[32] Op.cit.
Prof.Dr.Abdul Mujib,M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir,M.Si.,hlm. 178
[33]
Ibid. hlm.179