Dalam
kajian tasawuf, rohani merupakan lawan dari jasmani yang sering diidentikkan
dengan jiwa. Hal-hal yang berhubungan dengan muatan-muatan kejiwaan, esensinya
sering disebut sebagai wacana spiritualitas, yang berarti esensi setiap manusia.
Oleh karena itu fenomena manusia yang mengalami kegersangan jiwa, kegundahan
hati, kebingungan, dan ketidak bahagiaan hidup, sering dialamatkan sebagai
pertanda kekeringan spiritual.
Fenomena
yang biasa timbul dari kekeringan spiritual ini ditandai dengan semakin jauhnya
manusia dari tuhannya. Penyebabnya antara lain dapat dideteksi melalui fenomena
kehidupan manusia yang terus dihadapkan pada situasi kepentingan, sedangkan
kebutuhan hidup semakin mendesak. Kemudian apa yang terjadi?. Ternyata ekosistem
manusia banyak yang diabaikan pada tujuan dan pamrih ekonomi, berebut
kekuasaan. Mereka hidup dalam apa yang disebut oleh Max Weber sebagai “Semangat
kapitalisme modern”.
Dalam
kompetitif kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini, nampaknya manusia survival
dalam mempertahankan kehidupannya, Mereka yang kurang kuat akan tersisih dengan
sendirinya, dan ini dianggap wajar dan alamiah, sejalan dengan hokum alam. Masyarakat
modern yang ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi ini, memang ada yang
kalah dan ada yang menang. Yang kalah misalnya, orang yang tinggi posisinya
tiba-tiba jatuh karena perubahan rezim, orang yang kaya raya karena bisnisnya
sukses tiba-tiba bangkrut akibat krisis ekonomi. Dan juga karena kesibukan
sehari-hari yang menimbulkan stress.
Kasus-kasus
seperti diatas mengakibatkan munculnya orang-orang kecewa, putusasa dan stress.
Karena kekecewaan dan keputusasaan ini terkait dengan jiwa serta hati nurani,
maka tasawuf sangat dibutuhkan dan bermanfaat dalam rangka memelihara hati dari
gangguan-gangguan tersebut. Terutama diera modern ini. Demikian pula karena
tasawus tekanannya terhadap pemeliharaan hati, maka tasawuf juga berguna untuk
menyembuhkan penyakit yang bersumber dari hati, dengan cara mengingatkan untuk
senantiasa bersikap sabar dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup, sambil
mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan ajaran-ajaranNya.
Dalam
masyarakat yang berkeberagaman majemuk seperti Negara Indonesia ini, tasawuf
menjadi sangat penting dan relevan untuk menjaga harmoni interaksi dan
integrasi social.
Masyarakat
Modern
Masyarakat
modern adalah masyarakat yang cenderung menjadi sekuler, hubungan antara
anggota masyarakat tidak lagi atas dasar prinsip tradisi atau persaudaraan,
tetapi pada prinsip-prinsip fungsional an pragmatis. Masyarakat merasa bebas,
bahkan sampai hamper lepas dari control agama dan pandangan dunia metafisis. Ciri-ciri
yang Nampak jelas adalah penghilangan nilai-nilai sacral terhadap dunia,
meletakkan hidup manusia dalam konteks kenyataan sejarah dan penisbian
nilai-nilai.
Atha’
Mudzar menyatakan bahwa masyarakat modern dapat ditandai dengan lima hal:
1.
Berkembangnya mass culture,
karena pengaruh kemajuan mass media, sehingga cultur tidak lagi bersifat local,
melainkan nasional bahkan global.
2.
Menjamin sikap-sikap yang
mengakui kebebasan bertindak manusia menuju perbuatan masa depan. Dengan demikian
alam dapat ditaklukkan, manusia merasa lebih leluasa, bahkan sampai merasa
lebih berkuasa.
3.
Tumbuhnya sikap
rasionalistis, sebagian besar kebutuhan umat manusia ini diatur oleh
aturan-aturan rasional.
4.
Tumbuhnya sikap hidup yang materialistic.
Artinya semua hal diukur dengan nilai kebendaan dan ekonomi.
5.
Meningkatkan laju
urbanisasi
Dari
kemodernnan itu akhirnya berdampak pada hilangnya visi-keilahian dan kehampaan
spiritual, dimana keduanya ini cukup berbahaya bagi kehidupan manusia.
Hilanya
Visi-Keilahian
Manusia
modern memperlakukan alam sama halnya dengan pelacur, mereka menikmati dan
mengekploitasi untuk kepuasan dirinya tanpa ada rasa kewajiban dan
tanggungjawab apapun, sehingga ia dapat menciptakan dan melakukan apa saja. Inilah
yang membuat berbagai krisis dunia modern, tidak hanya dalam bidang moral tetapi
juga dalam kehidupan social sehari-hari.
Idealnya
sebagai hamba Allah, secara vertical dan horizontal berkedudukan sebagai khulafaurrosyidin.
Manusia harus dapat menjaga keseimbangan hidupnya, bukan malah menjadi budak
egonya. Sebagai hamba Allah, manusia harus positif dihadapan tuhannya dan
menerima rahmat apapun yang diberikanNya. Tetapi sebagai kholifah, manusia
harus aktif memelihara keharmonisan kosmos dan menyebarkan rahmat tuhan kepada
mahlukNya. Dan ini merupakan amanat yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Jika tidak, maka akan muncul timbulnya bencana, problem dan
krisis.
Sebagai
kholifah fil ‘ardh, manusia paling tidak harus mampu menjalankan tugas
kekholifahannya, yang oleh Prof. Dr. HM. Amin Syukur MA dapat diklasifikasikan
menjadi tiga pokok:
a.
Memakmurkan bumi
Dengan bekal dan potensi panca indera, perasaan, intelektual,
keimanan dan keinginan yang diberikan oleh tuhan, manusia harus mampu mengurus,
memelihara, mengembangkan dan mengambil manfaat bagi kesejahteraan manusia.
b.
Menegakkan kebenaran dan
keadilan
Menegakkan kebenaran dan keadilan merupakan salahsatu tugas
kekholifahan yang penting, dimana Al-Qur’an sendiri telah berpesan agar dia
memutuskan perkara secara adil dan benar, dan tidak mengikuti hawanafsu yang
berlawanan dari jalan Allah yang dapat menyesatkan dari jalan atau perintahNya.
c.
Motivator dan dinamisator
pembangunan
Sebagai
kholifah, manusia yang ditengah-tengah masyarakat harus mampu
mengaktualisasikan sebagai penyemangat dan penyelaras dalam mengerjakan
kebaikan, baik secara vertical maupun horizontal.
Kehampaan
Spiritual
Akibat
dari terlalu menggunakan rasio, manusia modern mudah dihinggapi penyakit
kehampaan spiritual yang berakibat terjadinya terjadinya gangguan kejiwaan. Dalam
kesehatan mental gangguan kejiwaan berarti kumpulan dari keadaan yang tidak
normal, baik yang berhubungan dengan kejiwaan maupun jasmani. Keabnormalan tersebut
terjadi bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan,
walaupun gejala-gejalanya kelihatan pada fisik, akan tetapi banyak disebabkan
oleh keadaan jiwa dan jasmani yang terganggu berpengaruh buruk pada
kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejalanya antara lain dapat dilihat dari
segi perasaan, pikiran, tingkah laku dan kesehatan badan. Dari segi perasaan gejalanya
antara lain menunjukkan rasa gelisah, iri, dengki, sedih, risau, kecewa, putus
asa, bimbang, dan rasa marah. Dari segi fikiran dan kecerdasan gejalanya antara
lain menunjukkan sifat lupa dan tidak mampu mengkonsentrasikan fikiran pada
suatu pekerjaan karena kemampuan berfikir menurun. Dari segi tingkah laku
antara lain menunjukkan tingkah laku yang menyimpang dan tidak terpuji, sepeti
suka mengganggu lingkungan, mengambil milik orang lain, menyakiti dan
menfitnah.
Kalau
keadaan ini dibiarkan berlarut dan tidak dapat penyembuhan, maka penderita ini
akan mengalami psycosomatik, yakni penyakit jasmani yang disebabkan
gangguan kejiawaan. Penyakit ini belakangan ini banyak terjadi dimana-mana,
terutama didaerah perkotaan yang persaingan gengsinya tinggi.
Karena berhubungan
dengan kejiwaan, maka tasawuf menjadi lebih penting. Karena pentingnya, maka
wajarlah akhir-akhir ini muncul halaqoh-halaqoh dzikir digelar diberbagai
daerah, baik mereka yang mengikuti aliran-aliran tariqot maupun non tariqot.
Kebutuhan
Tasawuf Masyarakat Modern
Perkembangan
ilmu pengetahuan selaras dengan kebutuhan dan kegelisahan manusia. Kecerdasan otak
yang diagung-agungkan mendadak luluh ditengah ketidakberdayaan emosi yang
bertopang ambisi intelegensinya. Manusia sering dikejutkan dengan hal-hal
ilmiah dan modern, tapi ternyata disatusisi mengoyak batinnya. Hidup yang
bergemilang kesuksesan, tapi hati kering akibat dari dinginnya thuma’ninah.
Maka muncullah pertanyaan dibenak kita, “apa sebenarnya esensi dari hidup
ini?”.
Pencarian
kebermaknaan hidup, ma’rifat, menyibak, memahami sesuatu dibalik yang tampak.
Kebermaknaan berarti sesuatu yang memberikan makna secara mendalam. Melihat
sesuatu yang tampak, lalu dibaliknya ada hal bermakna, contoh seseorang yang
mempunyai pekerjaan tukang buat kursi ukir akan bosan dengan pekerjaannya itu
bila hanya melihat yang tampak saja. Nah, makna yang dapat diambil dari
pekerjaan tersebut tidak hanya mengukir kayu, lebih dari itu dia telah membuat
nyaman dan senang orang yang memakai dan menempati kursi tersebut, ini semua
harus difahami agar tidak bosan. Jadi esensi hidup itu mencari hakikat
kehidupan yang bermakna, kebermaknaan bagi orang lain dan bagi diri sendiri.
Kebermaknaan itu jalan menuju tuhan.
Adakah
kaitannya pencarian kebermaknaan hidup dengan kecerdasan emosi dan spiritual
manusia?.
Kecerdasan
emosi merupakan sesuatu yang mutlak. Terapannya ketika kita berhubungan secara
horizontal dengan sesame manusia, pengendalian diri, menghargai perbedaan dan
sebagainya. Manusia juga dituntut mampu melihat kebaikan diri dan orang lain,
melihat kejelekan diri dan orang lain. Apa yang kita lihat juga dapat menimpa pada
diri kita dan mengalaminya. Sikap ini membutuhkan kemampuan spiritual
tersendiri. Kecerdasan spiritual yang ada pada diri manusia merupakan refleksi
ke-Tuhan-an. Dari refleksi ini kita dapat melakukan pencarian kebermaknaan
kepada Tuhan, baik melalui kebermaknaan ayat-ayat qouliyah maupun kauniyah.
Kita harus mempunyai kemampuan membaca fenomena alam disekitar kita, hingga
mmenghasilkan kebermaknaan kepada Tuhan. Manusia harus tangguh melalui
kehidupannya. Badai kesulitan yang menhadang harus disikapi dengan cerdas, baik
secara emosi maupu spiritual. Maka kecerdasan spiritual merupakan tool
bagi tasawuf, sehingga tasawuf benar-benar menjadi kebutuhan bagi masyarakat
modern seperti sekarang ini.
Ajaran
tasawuf akan memiliki tempat bagi masyarakat modern, karena mereka merasakan
keringnya batin, dan kini pemenuhannya kian mendesak. Untuk itu, tasawuf perlu
disosialisasikan pada msyarakat banyak. Dalam hal ini Husain Nasr memberikan
konsep, bahwa ada tiga cara yang harus dilakukan sebagai berikut: pertama, turut
serta berbagi rasa dalam upaya penyelamatan kemanusiaan dari kondisi
kebingungan akibat hilangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan
literature atau pemahaman tentang isoteris islam, baik terhadap
masyarakat islam yang melupakannya maupun non islam, khususnya kepada manusia
barat modern. Ketiga, unuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya
aspek isoteris islam yakni tasawuf, yang merupakan jantung ajaran agama
islam.
Karena
begitu pentingnya ajaran tasawuf, maka kiranya penulis perlu menyampaikan
pengaruh-pengauh tasawuf dalam masyarakat modern.
Tasawuf
Sebagai Terapi Penting Spiritual
Esensi
agama islam adalah moral, yaitu moral seorang hamba dengan tuhannya, antara
seorang dengan dirinya sendiri, dan antara dirinya dengan orang lain. Moral yang
terjalin antara hamba dengan tuhannya menegaskan berbagai perilaku yang buruk,
seperti tamak, rakus, gila harta, menindas, mengabdikan diri kepada selain
Allah, membiarkan orang yang lemah, dan berkhianat. Demikian juga moral kepada sesama
akan melahirkan laku yang positif. Mengapa tasawuf dapat dijadikan sebagai
terapi spiritual?. Prof. Dr. HM. Amin Syukur MA. Member jawaban panjang yang
intinya sebagai berikut:
Pertama,
tasawuf secara psikologis merupakan bentuk dari pengalaman spiritual dan
merupakan bentuk dari pengalaman langsung mengenai realitas-realitas
ke-Tuhan-an yang cenderung menjadi inovator dalam agama. Kedua, kehadiran tuhan dalam bentuk
pengalaman mistis, dapat menimbulkan keyakinan yang sangat kuat. Pengalaman mistik
seperti makrifat, ittihat, hulul, mahabbah dan lain sebagainya, mampu menjadi
moral force bagi amal sholeh. Ketiga, dalam tasawuf hubungan manusia
dengan Allah dijalin atas rasa kecintaan. Allah bagi sufi bukan dzat yang
menakutkan, tetapi dia adalah dzat yang indah dan sempurna. Akibatnya seorang
sufi gemar berbuat baik. Lebih lanjut dinyatakan, hubungan mistis dan berbagai
pengalaman spiritual yang dirasakan oleh sufi juga dapat menjadi pengobat,
penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri manusia.
Dengan demikian
berarti jelas secara rasional dapat dijadikan sebagai terapi krisis spiritual
bagi manusia disegala zaman, utamanya dizaman modern seperti sekarang ini.
Pengaruh
Tasawuf dalam Kehidupan Politik
Dalam
kehidupan politik yang carut-marut seperti sekarang ini, tasawuf hendaknya
memang harus dikedepankan, agar tidak terjadi timbulnya keretakan antar
golongan politik yang ada, maka politikus yang jiwanya terpengaruhi oleh ajaran
tasawuf insya Allah tidak akan terjadi adanya ketegangan – ketegangan yang sampai
membawa korban jiwa, sebagaimana yang telah terjadi diberbagai daerah ditanah
air ini. Dalam hal ini KH. Abdurrohman Wahid (gusdur), seorang politikus dan
sekaligus seorang sufi pernah menyatakan :
“…..bahwa
NU harus belajar dari pengalaman masa lalu untuk mewujudkan iklim keislaman
yang sesuai dengan kondisi social dalam Negara yang multi agama dengan kondisi
social dalam Negara yang multi agama dengan segala variasi orientasi pemikiran
yang berbeda-beda. Yaitu dengan menampilkan perjuagan islam mewujudkan
kepentingan kaum muslim dalam konteks perjuagan bangsa mewujudkan demokrasi,
persamaan dan keadilan social berdasarkan sikap moderat yang mencari
penyelesaian masalah-masalah yang mendasar dalam kehidupan social politik
secara beradap agar tidak terjadi ketegangan yang dapat memecah kesatuan umat”.
Dari pernyataan gusdur tesebut berarti ajaran tasawuf harus berpengaruh pada
kehidupan masyarakat modern.
Pengaruh
Tasawuf dalam Lembaga Pendidikan
Akhir-akhir
ini banyak terjadi tawuran pelajar dimana-mana, terutama pada sekolah-sekolah
umum maupun perguruan tinggi yang berakibat membuat kesan yang kurang baik
dalam dunia pendidikan kita, maka dalam hal ini ajaran tasawuf hendaknya juga
diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan, sehingga jiwa-jiwa mereka dapat terpengaruh
oleh ajaran-ajaran tasawuf tersebut. Oleh karena itu, pendidikan pesantren
dalam hal ini menjadi penting untuk terus ditumbuh kembangkan. Keberadaan
pesantren dan proses perkembangannya hingga menjadi warisan dari generasi ke
generasi yang mampu menanamkan nilai-nilai ruhani yang sangat ideal pada
generasi berikutnya yang hingga kini masih dapat kita rasakan. Oleh karena
itulah, wajar kalau sekarang pesantren-pesantren tersebut tetap eksis
ditengah-tengah masyarakat.
Dari
pengaruh tasawuf tersebut akhirnya dapat disimpulkan, bahwa tasawuf sangat
dibutuhkan dalam masyarakat modern.
Dari
uraian diatas akhirnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
Masyarakat
modern adalah masyarakat yang cenderung sekuler. Hal ini dapat ditandai dengan
adanya hubungan antar anggota masyarakat tidak lagi atas dasar persaudaraan dan
tradisi, akan tetapi sudah terkontaminasi dengan kehidupan fungsionalis dan
pragmatis, mereka hidup dengan konteks kenyataan individualistis.
Masyarakat
modern sangat membutuhkan tasawuf, baik dalam kehidupan social, politik,
pendidikan, dan aqidah. Karena kehidupan masyarakat modern banyak dilanda oleh
problem-problem yang sangat komplek yang hamper tidak ada terapinya kecuali
terapi sufistik.
DAFTAR
PUSTAKA
Amin
Syukur, Prof. Dr. H. MA, Zuhud di Abad Modern, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2000
Alwi
Sihab, Prof. Dr. KH. MA, Islam Sufistik, Mizan, Bandung, 2001, Cet. 1
Yahya
Jaya, Spiritual Islam dalam Menumbuhkan Kepribadian dan Kesehatan Mental,
PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994
M.
Solihin, DR. M.Ag, Tasawuf Tematik, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2003,
Cet. 1
Sudirman
Tebba, Islam Pasca Orde Baru, PT. Tiara Wacana, Yogyakarta, 2001
Tidak ada komentar :
Posting Komentar