Minggu, 17 Maret 2013

PENDEKATAN DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM



A. Tujuan, Tugas dan Fungsi Metode Pendidikan Islam
     Metode pendidikan islam adalah suatu prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam. Metode merupakan aspek penting untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada sisiwa. Sehingga terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh siswa tersebut. dalam pendidikan islam, metode mendapat perhatian yang sangat besar. Al Quran dan Assunnah sebagai sumber agama islam berisi petunjuk dan prinsip-prinsip yang dapat dipresentasikan menjadi konsep tentang metode ini.
Signifikansi metode ini mengakibatkan guru harus memahami proses belajar dan metode mangajar serta memahami syarat-syarat berlakunya proses belajar dan juga prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar bagi teori-teori dalam proses belajar mengajar. Adapun prinsip-prinsip yang harus di ketahui dalam metode pendidikan islam itu adalah :
1.         Prinsip kesesuaian dengan psikologi anak
Metode yang di kembangkan oleh pendidik harus memperhatikan motivasi, kebutuhan, minat dan keinginan siswa dalam proses belajar. Menggerakkan motivasi yang terpendam, sekaligus menjaga dan memeliharanya, sehingga menjadikan pelajar termotivasi belajar lebih aktif.
Dalam menumbuhkan dan memelihara motivasi ini, pendidik harus mengakulturasikan atau memadukan antara persuation dan determination supaya anak didik tidak lemah dan tidak pula memiliki sifat kekerasan.[1]
2.         Menjaga tujuan pelajaran
Tujuan pelajaran yang telah di ketahui oleh siswa perlu di jaga dan di kembangkan bahkan membimbingnya sehingga ia menyukai pelajaran. Tugas utama guru dalam hal ini adalah menolong murid untuk menentukan tujuannya dalam belajar dan menjaga tujuan pelajaran tersebut dalam proses belajar mengajar.
3.         Memelihara tahap kematangan
Menjaga tahap kematangan murid dalam proses belajar di maksudkan agar usaha pengajaran dapat mencapai pada titik optimal dan memungkinkan pelajar mengambil manfaaat dari usaha-usaha pendidikan yang di berikan. Dengan demikian, pengajaran yang di sampaikan sesuai dengan akal, tahap pengamatan dan pemahaman siswa. Juga dapat di kemukakan, dengan memelihara tahap kematangan ini proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan enjoy dan menciptakan kesan yang baik bagi siswa.
4.         Partisipasi partikal
Penekanan dalam prinsip ini adalah pada amal (action) untuk menanamkan dan meneguhkantujuan pelajaran. Dalam tercapainya “perubahan” dalam pendidikan dapat di ketahui melalui tingkah laku dan metode pelaksanaannya melalui pengamalandan partisipasi yang berulang-ulang.[2]
Pendidik dalam proses pendidikan islam tidak hanya di tuntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan di berikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode islam tidak sama dengan metode pendidikan lain.
Tujuan diadakannya metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap.
Uraian di atas menunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, member kemudahan peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uraian itu di tunjukkan pula bahwa fungsi metode pendidikan adalah member inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan.
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui peyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahamai, mengahayati dan meyakini materi yang di berikan, serta meningkatkan ketrampilan olah piker. Selain itu tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana factor-faktor tersebut di harapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.[3]
B.     Bentuk Metode Pendidikan Yang Berpengaruh Terhadap Anak
Bentuk-bentuk metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah :
1)   Pendidikan dengan keteladanan.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran,  terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama.[4]
Kesimpulannya adalah memberikan teladan yang baik dalam pandangan Islam merupakan metode pendidikan yang paling membekas pada anak didik. Ketika seorang anak menemukan pada diri kedua orang tuanya dan pendidiknya suatu teladan yang baik dalam segala hal, maka ia telah meneguk prinsip-prinsip kebaikan yang dalam jiwanya akan membekas berbagai etika Islam.[5]
Dengan demikian, perlu diketahui oleh orang tua dan pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kenakalan anak. Bahkan merupakan dasar dalam meningkatkan keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji. Tanpa memberikan teladan yang baik, pendidikan anak-anak tidak akan berhasil dan nasehat tidak akan berpengaruh.[6]
2)   Pendidikan dengan adat kebiasaan
Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syariat Islam, bahwa anak sejak lahir diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan iman kepada Allah .Sesuai dengan firman Allah  dalam surat ar-Rum ayat 30 :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan”.
Dalam memperbaiki anak dan meluruskan penyimpangannya para pendidik hendaknya membedakan antara dua macam anak didik. Demikian pula halnya dalam upaya pembiasaan dan pembekalan akhlaknya. Yakni bagi orang dewasa metode yang digunakan adalah berkisar pada tiga masalah pokok, yaitu :
a.         Ikatan akidah
Ikatan akidah adalah merupakan dasar yang paling utama bagi kelangsungan seorang mukmin dalam muqarabah kepada Allah , merasakan keagungannya, dan takut kepada-Nya disetiap waktu dan kesempatan. Ini merupakan faktor utama yang menyebabkan kokohnya spiritual dan kehendak personal seorang mukmin.[7]
b.         Penjelasan akan cela dan kejahatan.
Dengan menerangkan cela kemungkaran dan kejahatan, akan memberikan kepuasan bagi kaum dewasa untuk meninggalkan perbuatan dosa dan berkemauan keras untuk meninggalkan segala kehinaan. Bahkan dengan segala ketentraman jiwa dan hatinya, ia akan meninggalkan dengan sendirinya segala perbuatan dosa.[8]
c.         Perubahan lingkungan.
Dengan mengubah lingkungan sosial, berarti mempersiapkan supaya memperbaiki kaum dewasa dengan cara yang baik, menyediakan suasana yang kondusif, kehidupan mulia, sehingga akan baik dengan sendirinya.
Adapun metode Islam dalam rangka upaya perbaikan terhadap anak-anak adalah mengacu pada dua hal pokok, yaitu :
1)    Pengajaran.
Yang dimaksud dengan pengajaran adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan.
2)    Pembiasaan.
Yang dimaksud dengan pembiasaan adalah dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan.[9]
Pendidikan dengan metode pengajaran dan pembiasaan ini adalah termasuk prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan metode yang paling efektif dalam pembentukan akidah dan pelurusan akhlak anak. Sebab, pendidikan ini didasarkan pada perhatian dan pengikutsertaan, didirikan atas dasar targhib dan tarhib serta bertolak dari bimbingan serta pengarahan.
Dengan demikian jelas bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah upaya yang paling terjamin berhasil dan memperoleh buah yang sempurna. Sedangkan mendidik dan melatih setelah berusia dewasa, maka jelas terdapat kesulitan-kesulitan bagi orang yang menginginkan mencari keberhasilan dan kesempurnaan.[10]
3)    Pendidikan dengan nasehat
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-basehat. Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakekat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya tidak heran jika kita mengetahui bahwa Al Qur’an menggunakan dan berulang-ulang dalam beberapa ayat dan dalam sejumlah tempat dimana Allah  memberikan arahan dan nasehat-Nya. Contohnya dalam surat Luqman ayat 13-17 :[11]
“13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Al Qur’an penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode pemberian nasehat sebagai dasar dakwah, sebagai jalan menuju perbaikan individu dan memberi petunjuk bagi masyarakat. [12]
Metode Al Qur’an dalam menyajikan nasehat dan pengajaran mempunyai ciri tersendiri, yaitu :[13]
a.              Seruan yang menyenangkan, seraya dibarengi dengan kelembutan atau upaya penolakan.
Metode ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap jiwa dan perasaan. Contohnya :
1)        Seruan untuk anak-anak.
4Ucapan Ibrahim a.s. dalam surat Al Baqarah ayat 132 :[14]
“132. dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
2)        Seruan untuk kaum wanita.
Ucapan malaikat kepada Maryam a.s. dalam surat Ali Imran ayat 42-43 [15]:
42. dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).
43. Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'( Shalatlah dengan berjama'ah)”.
3)        Seruan untuk bangsa-bangsa.
Ucapan Musa a.s dalam Al Baqarah ayat 54 :[16]
54. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu[49]. hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Nb: [49] Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
4)        Seruan kepada orang-orang yang beriman.
Dalam surat Al Baqarah ayat 153 :[17]
“153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
Nb: [99] Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
5)        Seruan kepada ahli kitab.
Surat al Maidah ayat 15 :[18]
“15. Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408]”.
Nb: [408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
6)        Seruan kepada seluruh umat manusia.
Surat An Nisa’ ayat 174 :[19]
“174. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”.
b.             Metode cerita disertai perumpamaan yang mengundang pelajaran dan nasehat.
Metode ini mempunyai pengaruh tersendiri bagi jiwa dan akal dengan argumen-argumennya yang logis dan rasional. Al Qur’an memakai metode ini di beberapa tempat terutama dalam berita-berita tentang para rasul dan kaumnya. Contohnya adalah dalam surat Yusuf ayat 3 :[20]
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.
c.              Metode wasiat dan nasehat.
Al Qur’an sangat dipenuhi oleh ayat-ayat yang disertai wasiat dan nasehat, nash-nash yang mengandung arahan kepada pembaca terhadap apa yang mendatangkan manfaat dalam agama, dunia dan akhiratnya. Juga yang bermanfaat bagi pembentukan dirinya secara spiritual, mental dan fisikal dan berguna bagi persiapannya menjadi dai dan pahlawan jihat. Contohnya dalam surat Luqman ayat 13 :[21]
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Macam-macam metode nasehat dalam Al Qur’an antara lain :
1)        Pengarahan dengan kata penguat.
2)        Pengarahan dengan pertanyaan yang mengandung kecaman.
3)        Pengarahan dengan argumen-argumen logika.
4)        Pengarahan dengan keuniversalan Islam.
5)        Pengarahan dengan yudisprudensi
6)        Menggunakan metode dialog.
7)        Memulai nasehat dengan bersumpah kepada Allah .
8)        Mencampur nasehat dengan humor.
9)        Sederhana dalam nasehat agar tidak membosankan.
10)    Nasehat yang berwibawa dan membekas bagi hadirin.
11)    Nasehat dengan memberikan perumpamaan.
12)    Nasehat dengan memperagakan tangan.
13)    Nasehat dengan memperagakan gambar.
14)    Nasehat dengan amalan praktis.
15)    Nasehat disesuaikan dengan situasi.
16)    Nasehat dengan mengalihkan kepada yang lebih penting.
17)    Nasehat dengan menunjukkan sesuatu yang haram (agar dijauhi).[22]
3)   Pendidikan dengan memberikan perhatian/pengawasan.
Yang dimaksud dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.[23]
Pendidikan semacam ini merupakan modal dasar yang dianggap paling kokoh dalam pembentukan manusia seutuhnya yang sempurna, yang menunaikan hak setiap orang yang memilikinya dalam kehidupan dan termotivasi untuk menunaikan tanggung jawab dan kewajiban secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan tercipta muslim yang hakiki, sebagai batu pertama untuk membangun pondasi Islam yang kokoh.
Islam dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang abadi memerintahkan kepada orang tua dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan yang universal.
Dalam Al Qur'an di surat at-Tahrim ayat 6 disebutkan tentang keharusan memperhatikan dan melakukan pengawasan :[24]
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Sudah menjadi kesepakatan, bahwa memperhatikan dan mengawasi anak yang dilakukan oleh orang tua dan pendidik adalah asas pendidikan yang paling utama. Mengingat anak akan senantiasa terletak dibawah perhatian dan pengawasan pendidikan jika pendidik selalu memperhatikan terhadap segala gerak-gerik, ucapan, perbuatan dan orientasinya.[25]
Nabi memberikan contoh tentang perhatian dan pengawasan dalam haditsnya, diantaranya yaitu :
a.         Perhatian dalam pendidikan sosial.
b.         Perhatian dalam memperingatkan yang haram.
c.         Perhatian dalam mendidik anak kecil.
d.         Perhatian dalam memberikan petunjuk kepada kaum dewasa.
e.         Perhatian dalam pendidikan moral.
f.          Perhatian dalam pendidikan spiritual.
g.         Perhatian dalam pendidikan jasmani.
h.         Perhatian dalam pendidikan dakwah kepada orang lain dengan lemah lembut.[26]
Jika perhatian dan pengawasan yang nyata bisa memberikan hasil dan manfaat untuk orang dewasa, maka untuk anak kecil pastinya akan lebih bermanfaat dan berguna. Sebab anak kecil memiliki kecenderungan kepada kebaikan, kesiapan fitrah, kejernihan jiwa, yang tidak dimiliki kaum dewasa. [27]
Berdasarkan atas asas dan pokok-pokok yang telah diletakkan oleh Rasulullah Saw. dalam memperhatikan dan mengawasi individu dalam masyarakat, wanita dalam umat, dan anak dalam keluarga, maka wajib bagi orang tua dan pendidik untuk menggerakkan semangat dan meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan memperhatikan dan mengawasi, dalam rangka mempersiapkan generasi muslim, membentuk masyarakat utama dan menciptakan negara Islam. Permasalahan yang harus diketahui oleh pendidik adalah pendidikan dengan perhatian dan pengawasan tersebut tidak hanya terbatas pada satu atau dua aspek perbaikan dalam pembentukan jiwa umat manusia. Tetapi harus mencakup seluruh aspek, yaitu keimanan, mental, moral, fisik, spiritual dan sosial. Sehingga pendidikan dapat menghasilkan buah dalam menciptakan individu muslim yang memiliki kepribadian integral, matang dan sempurna yang dapat memenuhi hak semua manusia. [28]
Demikian metode Islam dalam pendidikan dengan pengawasan. Metode tersebut adalah metode yang sangat bagus. Jika diterapkan pada anak didik maka mereka akan menjadi penyejuk hati, menjadi anggota masyarakat yang saleh, bermanfaat bagi umat Islam. Oleh karena itu hendaklah kita senantiasa memperhatikan dan menagawasi anak-anak kita dengan sepenuh hati, pikiran dan perhatian baik dari segi keimanan, rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap dan emosi serta segala sesuatunya.[29]
4)   Pendidikan dengan memberikan hukuman.
Syariat Islam yang universal sungguh memiliki peran dalam melindungi kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan umat manusia. Terutama dalam masalah pendidikan, Rasululllah telah meletakkan metode dan tata cara bagi para pendidik untuk memperbaiki penyimpangan anak, mendidik, meluruskan kebengkokannya, membentuk moral dan spiritualnya sehingga pendidik dapat mengambil yang lebih baik, memilih yang lebih utama untuk mendidik dan memperbaiki sehingga dapat membawa sampai tujuan yang diharapkan, menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.[30]
Adapun metode yang diberikan Rasulullah Saw. tersebut adalah :
a.         Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.
b.         Menunjukkan kesalahan dengan ramah tamah.
c.         Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat.
d.         Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.
e.         Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan (Memboikot)
f.          Menunjukkan kesalahan dengan memukul.
g.         Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang membuat jera.[31]
C.     Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Jalaluddin Rahmat dan Zainal Abidin Ahmad merumuskan pendekatan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategori, yaitu :
1.    Pendekatan tilawah (pengajaran)
Pendekatan tilawah ini meliputi membaca ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyainan bahwa semua ciptaan Allah memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb al-‘alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak di ciptakannya secara sia-sia belaka. Betuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakur (berdzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak islam, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar dan sebagainya.
2.    Pendekatan tazkiyah
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dari upaya amar ma’ruf dan nahi mungkar. Pendekatan ini bertujuan untuk memlihara kebersihan diri dari lingkungannya, memelihara dan mengembalikan akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkunangannya.
3.    Pendekatan ta’lim al-kitab
Mengajarkan Al-Kitab dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami dan merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna di balik fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif. Indikatornya pembelajaran membaca Al-Qur’an, diskusi tentang Al-Qur’an di bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literature islam dan lomba kreatifitas islami.[32]
4.    Pendekatan ta’lim al-hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-kitab, haya saja bobot dan proporsinya serta frekuensinya di perluas dan di perbesar. Insikator pendekatan ini adalah mengadakan perenungan (reflective thingking), reinovasi dan interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al kitab. Aplikasi pendekatan ta’lim al-hikamah ini dapat berupa studi banding antar lembaga pendidikan, antar lembaga pengkajian, antar lembaga penelitian dan sebagainya sehingga terbentuk suatu konsensus umum yang dapat di pedomani oleh masyarakat islam secara universal dan sebagai pembenahan atas tidak relevannya pendekatan ta’lim al-kitab.
5.    Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yanmemangbenar-benar asing dan belum di ketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini hanya mungkin dapat di nikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti adanya malaikat, sedangkan manusia hanya bias menikmati sabagiankecil saja. Indicator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapt membawa manusia pada penjelajhan luar angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengemabangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehdupan manusia sehari-hari.
6.    Pendekatan ishlah
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas dan berupaya menembatani perbedaan paham. Di samping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu’afa, kampanye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek social, serta mengembangkan badan amil zakat infak dan sedekah (BAZIS).[33]


[1] Prof.Dr.H. Abuddin Nata, M.A.(Ed.)., Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2010), cet II, hlm. 18
[2] Ibid. hlm. 19
[3] Prof.Dr.Abdul Mujib,M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir,M.Si., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media,2010), cet. III, hlm. 168.
[4] Dr. Abdullah Nashih Ulwan, “Tarbiyatul Aulad fil Islam (Terjemahan : Pendidikan Anak dalam Islam)”, Jakarta : Pustaka Amani, 1999, cet. 2, hlm. 142.
[5] Ibid,hlm. 178
[6] Ibid,hlm. 184.
[7] Ibid,194-195
[8] Ibid, 202
[9] Ibid, 202-203
[10] Ibid,208
[11] Ibid, 209-211
[12] Ibid, 214
[13] Ibid, 215
[14] Ibid, 216
[15] Ibid, 217
[16] Ibid, 218
[17] Ibid, 220
[18] Ibid, 220
[19] Ibid, 221
[20] Ibid, 222-223
[21] Ibid, 277
[22] Ibid, 234-269
[23] Ibid, 275
[24] Ibid.
[25] Ibid, 278
[26] Ibid, 279-284
[27] Ibid, 287
[28] Ibid, 288
[29] Ibid, 303
[30] Ibid, 303
[31] Ibid, 312-322
[32] Op.cit. Prof.Dr.Abdul Mujib,M.Ag dan Dr.Jusuf Mudzakkir,M.Si.,hlm. 178
[33] Ibid. hlm.179

2 komentar :

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes